Banyak hal yang Sudah aku lewati selama 23 tahun ini. Mulai dari lahir yang aku sendiri tidak ingat bagaimana aku dilahirkan, dan apa yang pertama kali aku lihat. Sampai sekarang aku masih disibukan oleh pikiran kapan aku akan menutup mata untuk meninggalkan dunia yang aduhai ini.
Saat masih kecil aku benar-benar tidak memikirkan bagaimana besok aku akan hidup, apakah aku bisa makan, bisa tidur dengan nyenyak, apakah aku bisa buang air kecil layaknya manusia normal pada umumnya. Hal semacam itu ternyata mulai aku pikirkan seiring bertambahnya usia. Aku tidak menyangka ternyata hal semacam itu bisa terus aku pikirkan sepanjang waktu.
Sekarang aku mulai menapaki kerasnya dunia kerja yang kata orang adalah real life, hidup yang sesungguhnya. Lalu selama ini yang aku jalani itu apa?, mimpi?, game?, halusinasi?. Yang jelas sekarang semuanya memang jauh terlihat nyata dari sebelumnya.
Untuk masalah kerja aku sengaja memilih untuk bekerja di semarang. Meniinggalkan kota kelahiranku yang sejuk nan permai, yaitu Banjarnegara. Harapannya jelas untuk hidup yang lebih baik. Namun belakangan ini aku mulai sering pulang ke rumah. Hampir setiap minggu aku menjalani ritual perjalanan Semarang-Banjar. Memangnya gak capek?. Capek, capek banget. Ini kalau dibandingkan dengan perjalanannya tong san cong ke barat untuk mencari kitab suci kayaknya masih lebih melelahjan ini. Resiko mengalami keram pantat jauh lebih besar.
Sekarang intensitasku pulang jauh lebih sering. Entah kenapa aku sangat terobsesi ingin menghabiskan banyak waktu bersama dengan keluarga. Entah apa saja yang penting bareng dengan keluarga, tidur, makan, nonton TV, masak, ngepel, berak, semua ingin aku lakukan bareng keluarga.
Waktu memang tidak bisa kita hentikan ataupun dipercepat semau kita. Kita tidak bisa semaunya sendiri merubah-rubah waktu, yang terjadi terjadilah. Itulah waktu. Itu yang aku pikirkan akhir-akhir ini. Aku tidak ingin waktu untuk keluarga hilang begitu saja.
Belakangan ini aku mulai terpikirkan kondisi rumah. Kami tinggal berlima, kedua orang tua dan dua orang adik. Adik pertama sudah pergi untuk kuliah diluar kota. Aku sendiri pergi untuk bekerja diluar kota. Sekarang tinggal adik terakhir yang sebentar lagi juga akan pergi meninggalkan rumah. Tidak terbayang bagaimana nanti sepinya rumah ketika semuanya sudah pergi. Dari yang dulunya orang tua marah-marah gara-gara anaknya berisik karena saling berantem, sekarang mungkin mereka hanya bisa berdoa sepanjang waktu supaya diberi umur panjang agar bisa kembali melihat anaknya berkumpul ditengah-tengah mereka.
Uang mungkin memang segalanya dalam hidup. Tapi tidak segalanya bisa kita dapatkan dari uang.
Syahdu banget.....hehe
BalasHapusWaktu itu suatu rahasia, iya maksud gue
Kapan kita akan mati?
Kapan saya ketemu jodoh saya?
Ntahlah, yang pasti waktu itu nggk akan menunggu siapapun, jadi gunakan waktu sebaik baiknya
Bener. Jangan sia-siakan waktu yang singkat ini
HapusGue salah satu perantau dan langsung kepikiran rumah. :(
BalasHapusTapi, ya mau gak mau. Suka gak suka ya harus gue lewatin sih. Gue percaya apa yang kita (gue) pilih saat ini kelak akan mendapatkan hasil dimasa mendatang. Pilihan hidup emang sulit. ^_^
Harus pinter-pinter milih rif, biar gak salah pilih
HapusSemangat hidup ya... sukses selalu untukmu yang sedang berjuang. Semua akan indah pada waktunya. Dan hasil tidak akan mengkhianati usaha. Sekarang boleh menapak di kerasnya kehidupan. Esok nanti kita akan tidur sangat nyenyak berselimut mimpi yang indah. :D
BalasHapusBener banget, kita hanya perlu berusaha urusan hasil biarlah Tuhan yang mengatur.
HapusSemua orang tua kayaknya udah siap untuk hari itu, hari dimana mereka harus melepas anak-anak pergi dari rumah utk hidup mandiri, walau ada hg orang tua yg masih ingin anaknya tinggal bersama walau udh menikah.
BalasHapusAda jg anak yg harus merantau, bertahun-tahun tidak pulang demi menyokong ekonomi keluarga, demi menyekolahkan adik-adiknya dng resiko yg harus ditanggungnya sendiri. Jauh dari keluarga. Semua punya alasan masing-masing yg ga bisa dilihat dari satu sisi saja.
Siklus hidup memang seperti itu. Semua pasti punya alasannya. Aku juga yakin kalo orang tua pasti sudah siap dengan kondisi ini
Hapusbersama kelaurga adalah moment yang paling nyaman didunia, tidak ada yg bisa membandiginya mas, jadi wajar kalo dikit - dikit pengen pulang dan kangen sama keluarga.
BalasHapusIya nih. Lagi dalam fase kangen, jadi sering pulang
HapusAh aku baper banget baca ini. dulu juga waktu kuliah seneng banget bisa ngekos dan jauh dari rumah, berasa anak rantau. tapi di semester akhir mulai berasa pengen pulang terus ke rumah, trus sekarang lagi ojt makin jauh dan bahkan beda pulau sm ortu, berasa banget hampanya. jadi mikir berkali2 untuk nanti kerja di luar kota setelah lulus.
BalasHapusTolong tanggung jawab, tulisan ini bikin gue pengen pulang ke rumah emak :(
Kok jadi aku yang tanggung jawab. Kalo gitu beli pintu kemana ajanya doraemon, biar cepet.
HapusSetuju sama judulnya. Soal waktu. Sederhana judulnya, dalem sekali isinya.
BalasHapusKisah hidupnya kurang lebih sama, sih. Merasakan perubahan hidup yang sebenarnya.
Zaman kuliah kemaren, gue boleh dibilang gampang banget dapetin pernghasilan yg bisa nutupin biaya hidup kuliah. Tapi, begitu udah tamat. Kok gue mulai ngerasa sulit.
Tapi, mengenai pulang dan dekat dengan keluarga, mungkin gue paling bingung, sih. Karena, jadi anak cowok terakhir. Dan gue cuman 2 bersaudara.
Sekarang bukan malah dekat dengan orang tua, gue malah merantu di Negeri orang. Hadeh... Dilema, sih. Terbukti dari beberapa tawaran orang tua yg memujuk untuk gue kerja di kampung halaman.
Awanya males jawabnya. Cuman, makin ke sini. "Ya udahlah. Mana enaknya aja."
Hem... jadi curhat di blog orang. Maaf.
Wahh curcol. Gak papa ru, anggap aja blog sendiri. Loh?.
HapusAku gak tau nih, banjar - semarang itu berapa jam perjalanan ya?
BalasHapusAku baru lulus kuliah dan udah kepikiran sih kerja pasti bakalan di kota tempat kuliah atau bahkan lebih jauh lagi. Karena di kampung kerjaan juga gak ada. Jarak kampung dari kota terdekat sekitar satu jam, itu pun kota kecil. Jadi ya nyoba dulu di kota tempat kuliah untuk kerja.
Kalo mau pulang kampung, perjalanan memakan waktu 5 jam. Jadi untuk pulang tiap minggu bisa mikir-mikir.
Aku dari SMP udah pisah merantau, dan sejak SMP pula rumah di kampung cuma ditempati emak sama bapak.
Fokus kerja ja. Pulang bisa nunggu libur, yg penting ngirim doa, sama duit juga. Ingett, "DUIT".
HapusWaktu emang berlalu begitu cepat, bro. Gak terasa aja kadang tiba-tiba kok udah begini padahal kemarin baru begitu. Kalo kata gue sih, kita harus selalu semangat aja! Semisal kita jauh dari orang tua dan jarang pulang, doakan dia saja soalnya dia juga pasti mendoakan kita.
BalasHapusKalo kangen dengan mereka, telfon lah mereka. Cuma kadang, pasti ada pemikiran kasian dengan orang tua bila anak-anaknya sudah pada pergi ke luar rumah. :(
Permasalahannya emang disitu, kasian orang tua. Tapi pada akhirnya nanti kita juga akan menjalani hidup sendiri.
Hapusmenampar sekali critanya.
BalasHapusdi beberapa sisi aku jadi ngerasa, "duh ini ko ge banget ya"
sudah beberapa bulan ini aku ga pulang kerumah ketemu ibu.
sialnya, hasil merantauku pun tidak menghasilkanbanyak uang haha.
mungkin minggu besok aku bakal pulang :)
tiba tiba jadi kangen keluarga :)
Iya, sempetin pulang lah buat melepas rindu. Jangan sambil lepas celana lho.
HapusSahiddd... Dipi sdh merantau jg sejak kuliah.. Ortu di palembang, dipi kuliah di bandung. Liburan kuliah pertama nelpon ibu nangis pgn pulang, tau ga respon ibuku kyk gmn... "Jgn pulang klo blm libur panjaaang, kuliah yg bener disana, dapetin ilmu yg bnyak".
BalasHapusLalu sekarang dipi sdh mnikah... ikut gmn kata suami n liat situasi, pernah 4 tahun ga pulang. Bapakku bilang, cukup telpon n doakan kami, ikuti suamimu dia imammu. Nah, warbyaza ini..
So Sahid... Dekat ortu tpi ga bs bahagiain jg ada, hidup jauh tpi bs bahagiain jg ada. Hidup ini relatif ya.
Besok2 klo dirimu ternyata punya takdir jauh dri ortu, semoga tabah, itu tak selalu berarti kita tak sayang n tak hormat.
Duh jadi adem baca komen dipi. Semoga aja walopun jauh kita bisa tetap ngebahagiain orang tua.
HapusWaktu adalah milik kita yg paling berharga di dunia ini, kalo menurut gua. Gak ada yg tau, seberapa banyak lagi waktu yg kita miliki di dunia, waktu yg bisa kita gunakan bersama orang-orang yg kita sayang, karena itu kita harus menghargai dan menggunakannya baik2
BalasHapusMumpung kita masih dikasih waktu gunakan dengan sebaik-baiknya.
HapusAku sejak merantau malah jadi lebih deket sama keluarga. Iya, emang ada harga yg harus dibayar. Misalnya gak bisa sering ketemu dan cumak ngomong di telepon. Tapi aku tau sik demi kehidupan yg lebih baik, mau gak mau, sukak gak sukak, harus dijalanin. Jadinya bisa menghargai setiap waktu bersama keluarga :D
BalasHapusKuncinya emang itu mungkin, dijalani aja. Dengan begitu kita bisa bener-bener menghargai wakt. Menghargai pertemuan.
HapusSebuah tulisan yang halus. Setelah baca ini, gue jadi takut.
BalasHapusApa yang akan terjadi kemudian?
Apa yang akan waktu persiapkan buat gue?
Kapan waktunya gue mengalami perpisahan?
Kapan gue benar-benar sadar bahwa gue butuh uang?
Duh.
Yakin aja sama yang maha kaya. Selama yakin semua apasti akan baik-baik aja. Kayaknya sih gitu.
Hapus