IG:@nursahid_rm/FB:Nursahid rahmat M/ MASIH PENGIN JADI KETUA? ~ BLOG NISTA

Kamis, 12 November 2015

MASIH PENGIN JADI KETUA?

      Jaman SD aku dikenal sebagai anak yang cemen. Dibanding anak-anak yang lain, aku adalah anak yang paling enggak banget. Main kelereng misalnya. Dari sekian banyak temen yang main kelereng, aku adalah kandidat yang terlemah. 'Hooo dasar sahid cemen' kata salah satu anak. 'CEMEN... CEMEN.... CEMEN!!' semua anak meneriakan kata itu bersama-sama.

     Saat itu SDku mau ikutan lomba peramuka tingkat kecamatan. Setiap sekolah diwajibkan  untuk mengirim dua regu. Regu cewek dan cowok. 'Yang cowok siapa yang mau jadi ketua regunya' tanya pak guru. 'Sahid pak' semua anak kompak menunjukku. 'Iya. Sahid pak' salah satu anak menegaskan. Aku bengong. 'Oke, sahid ya. Gimana sahid?' Tanya pak guru padaku. 'Iya pak' jawab aku polos.

      Pada hari itu, akupun dinobatkan sebagai ketua regu. Jadi ketua regu itu enggak segampang kita mengganti celana dalem. Kita harus mampu mengatur anggota biar enggak liar. Kebetulan anggota reguku merupakan spesies yang termasuk dalam kategori liar. 'Heh nggak usah latihan yuk Hid' keluh salah satu anggota. 'Tapi kan kata pak guru kita harus latihan' jawab aku. 'Ah nggak usah latihan!!' satu anak memprovokasi. 'Iya, nggak usah' satu anak lagi membenarkan. 'Iya..iya..iya nggak usah!!' semua anggota sepakat.

Aku dikudeta.

     Setelah beberapa hari latihan seadanya, akhirnya tibalah masa dimana kami harus berangkat ke medan lomba. Kami mengusung nama regu raja wali untuk regu kami. 'Kamu yakin pake nama rajawali?' tanya salah satu anak. 'Yakin lah' jawab aku. 'Ooohh' dia mengangguk. Dari anggukannya, terlihat dia mempunyai saran lain tapi enggak mau diungkapkan. Mungkin dia mau ngusulin nama regunya Siput, Cacing, atau mungkin keong, sesuai sama ketua regunya yang mirip keong kena TBC.

    Setelah satu setengah jam perjalanan, sampailah kami di tempat perkemahan. Hari pertama di perkemahan, kami hanya mendirikan tenda dan melakukan upacara pembukaan. Dalam upacara pembukaan aku berdiri paling depan dengan membawa tongkat yang ada bendera gambar Rajawali. Untungnya kami memilih regu rajawali, sehingga aku bisa keliatan gagah berdiri didepan. Kalo seandainya jaman dulu girl band udah booming, mungkin aku bakal milih nama regu JKT48. Gambarnya Nabila lagi miringin kepala kekiri.

      Hari kedua baru kami mulai mengikuti beberapa lomba. Lomba yang paling aku inget sampe sekarang adalah lomba wide game. Ya, Wide game. Sebuah lomba yang mempertemukan kita dengan regu-regu lain untuk di uji di setiap pos. 'Heh anak mana lu?' Tanya ketua regu lain yang badannya gede. 'MI Cokro' jawab aku. 'Udah lah, ngalah aja' katanya nyuruh aku ngalah. 'Ah nggak bisa. Kami yang bakal menang' kataku mantap. 'Kamu nantang ya!!. Hah!!' si anak yang badannya gede tadi mendekatkan badannya kearahku. 'Eng..eng..enggak kak' aku glagapan.

      Hampir disetiap pos, ragu Rajawali selalu menjadi yang terbelakang. Aku meyakini ini semua akibat kami malas untuk latihan. 'Langsung ke tenda aja yuk' satu anggota nyeplos. Mampusss!!. Bahaya nih kalo anggota yang lain setuju. Gumamku. 'Jangan. Entar pak guru marah' kata salah satu anak. 'Iya, jangan. Ntar kita dimarahin' semua anak membenarkan. Alhamdulillah. Aku selamat.



       Setelah melewati beberapa pos, sampailah kami di pos terakhir wide game. Hari itu kondisi kami udah bener-bener lemes. Kami sampe pos agak belakangan. Ya belakangan. Itu karena kami menyelesaikan tugasnya pelan banget. Mungkin seharusnya emang nama regu kami bukan Rajawali, tapi regu cacing kepanasan. Jadi kami bersama-sama guling-guling dijalan mirip cacing yang kepanasan.

      Dengan kondisi lemas, kamipun baris didepan pembina untuk laporan. 'Ketuanya mana?' tanya pembina. 'Saya kak' jawab aku. 'Maju sini laporan!!. Diem aja!!' bentak kakak pembina. Aku maju dengan badan yang udah enggak stabil. 'Cepeet!!' Bentak kakak pembina lagi. 'Ii..i..iya kak' aku mempercepat lajuku. 'Ini regu apa?!!!'. 'Kan..kancil kak' jawab aku gugup. 'Hah kancil?' tanya kak pembina bingung. 'Eh, Rajawali kak maksudnya' kataku mengklarifikasi. 'Regunya sendiri kok lupa' ucap kakak pembina.

     Setelah semua pos udah kami lewati, kamipun berjalan menuju tenda. 'Hah kita udah jelas kalah' satu anak menggerutu. 'Iya lah kita mesti kalah. Ketuanya kan Sahid' ucap Dodo. Aku diem tanpa kata. Hari itu semua anak sepakat kalo kegagalan hari itu adalah kesalahanku sebagai ketua regu. Dengan kepolosan dan kebaikan hati seorang anak SD, akupun menerimanya.

     Malem harinya masih ada satu lomba lagi, yaitu lomba nyanyi lagu daerah dibarengi dengan tarian. Malem itu sebelum lomba aku dan anggota yang lain berdiam diri di tenda. Disitu aku masih dibuly sama anggota yang lain. 'Nggak usah ikut lomba lah. Udah mesti kalah' Kata Dodo. 'Iya nggak usah. Ketuanya kan cemen' satu anak lagi bersuara.

     Malam itu nggak banyak anak yang berkomentar. Yang lain lebih banyak diem. Aku juga diem. 'Jangan nyalahin sahid terus' ucap Diki. Wow Diki membelaku. Ada apa dengan Diki?. Apakah dia kemasukan jin penunggu tenda?. 'Sahid kan udah sering nyuruh latihan. Kita yang enggak mau' Kata Diki. Seandainya Diki adalah seorang cewek, udah aku tembak dia.

      'Aku nggak pengin lagi jadi ketuanya' ucap aku. 'Haaaaah!!' anak-anak kaget. 'Terus ketuanya siapa?' tanya Dodo. 'Kamu aja Do' jawab aku. 'Hah. Aku nggak mau' jawab Dodo. 'Aku juga nggak mau' satu anak bersuara. 'Aku juga nggak mau' satua anak lagi bersuara. 'Aku juga enggak' semua anak nggak ada yang mau jadi ketua.

    Beberapa menit kami semua terdiam. Ditengah keheningan itu satu anak bersuara, 'Kamu aja ketuanya Hid' kata Dodo. Aku kaget. Ini Dodo kenapa. Pikirku. 'Iya kamu aja' semua anak sepakat. Hah ada apa ini. Aku terharu. Untung pada saat itu ingusku nggak meler kemana-mana.

      Akhirnya anak-anakpun tetap mempertahankan aku sebagai ketua regu. Dan malam itu kami semua bersama-sama latihan nyanyi lagu daerah sambil nari untuk lomba yang terakhir. Itu adalah pertama kalinya kami latihan dengan sungguh-sungguh. Dan itu pertama kalinya juga kami ngerasa siap untuk mengikuti lomba.

    Malam itu kami mengikuti lomba dengan penuh kegembiraan. Kami menyanyi dan menari bersama. Meskipun pada akhirnya kami enggak menang. Tapi bukan itu yang terpenting. Yang terpenting, kami bisa menghabiskan malam itu dengan penuh kegembiraan, tanpa ada yang saling menyalahkan.


     
   

   

       

       

       

      

17 komentar:

  1. Beh bro..
    Menjadi "pemimpin" itu berarti harus siap bro, siap kena salah, siap kena masalah, siap dapat hikmah hehehe.. :3

    Untungnya diki menjadi penengah ya waktu itu, bisa enggk kelar kelar kalo saling menyalahkan..

    Ente, bikin pengen ane aje yg blm pernah berpergian kemah dgn temen temen, hehehe.. :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget tuh. Tapi dulu aku belum siap banget.

      Kemah aja bro kalo pengin. Ngajak temen yang mau sukarela nemenin kamu.

      Hapus
  2. Gue sedari dulu udah jadi pemimpin. Pemimpin untuk diri sendiri. Ngurus diri sendiri aja susah. Hehehe..

    Tapi, pernah sih jadi ketua kelas waktu SD~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi pemimpin diri sendiri aja di kudeta, apa lagi jadi pemimpin buat orang lain

      Hapus
  3. Gan bayar royalti nama gw di bawa2 .hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah diki. Jangan-jangan kamu diki yang waktu itu.

      Hapus
  4. weh, susah emang kalau punya bawahan yang liar. saya punya pengalaman jadi ketua cuma sekali . jadi ketua kelas selama semester 2 dan itu susah serta ngerasa nggaka da gunanya jadi ketua karena yg ngurus ya anak cewek sebagai sekretaris gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Padahal cowok pada dasarnya pemumpin, kok malah diambil alih sama cewek. Ntar pas nikah jadinya bapak rumah tangga.

      Hapus
  5. Kasihan habis dikudeta terus diangkat lagi sebagai ketua, orang lain enak mikirnya ketua bisa nyuruh-nyuruh bawahannya. Kalo ada yang salah tinggal nunjuk ketua. Aku sekarang duduk sebangku bareng ketua kelas juga ikutan pusing gara-gara dia pusing ngurusin kelas. Dia mau pensiun tapi bingung gak ada yang mau ngegantiin jadinya dari kelas 10 sampai sekarang (12) dia terus ketuanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kasian amat temenmu riz. Dia pasti menderita banget tuh selama ini. Semoga dia tabah menjalaninya.

      Hapus
  6. Ciye ketuaaa...asik juga ya kalo dijalani walo kerasa beraaaat. Yg pnting kan seru breng temen temen, bikin tenda sampe pertunjukan juga. Tapi, kok ga ada foto fotonya?? Cuman yg foto item putih nantangin mas mas ndut doang? Wehehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo diinget-inget si seru juga. Tapi dulu aku ngerasanya menderita banget.
      Kebetulan nggak ada fotonya nih. Jaman dulu belum megang hp soalnya. Jadi nggak sempet selfie-selfie. Emang belum jamannya narsis kali ya.

      Hapus
  7. Ciye ketuaaa...asik juga ya kalo dijalani walo kerasa beraaaat. Yg pnting kan seru breng temen temen, bikin tenda sampe pertunjukan juga. Tapi, kok ga ada foto fotonya?? Cuman yg foto item putih nantangin mas mas ndut doang? Wehehehe...

    BalasHapus
  8. Terharu banget sama akhirnya :') Tapi aku curiga, mereka nggak nyalahin lu lagi sebenernya gara-gara mereka itu nggak mau gantiin lu jadi ketua, makanya mereka sok baik. Tapi aku hilangkan prasangka buruk itu, biar nggak menodai feel yang udah aku dapet dari tulisan ini. Eaaaaaa~

    Kayaknya lu kelihatan cemen banget ya, dan nggak pantes jadi ketua. Kasihan banget jadi ketua yang anak buahnya liar banget. Untung nggak disuruh-suruh para anggotanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga baru sadar sekarang. Mungkin dulu mereka gitu karena enggak pengin jadi ketua. Berhubung aku orangnya baik (kata ibuku), jadi aku buang nih pikiran itu.

      Iya nih cemen banget. Makannya pon setelah SD aku enggak pengin lagi tuh jadi ketua-ketuaan, meskipun ketua girl ban sekalipun (enggak mungkin juga sih).

      Hapus
  9. Cieee yang jadi ketua, meskipun atas usul temen2nya hahhahaa
    Tapi akhirnya kamu bisa melewati semua, ya meski kalah tapi kan seneng endingnya bisa menyanyi sama2, kemah sama2, suka duka sama2 gak yaaa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya yang duka aku sendiri, enggak sama-sama.
      Iya. Untungnya aku bisa ngelewati semua. Enggak harakiri ditengah jalan.

      Hapus

Terimakasih sudah berkomentar. Follow Instagram juga ya @nursahid_rm