Belakangan ini aku sedang mengalami banyak masalah. Mulai dari yang ringan sampai yang berat. karena itulah akhir-akhir ini aku jadi jarang nulis di blog. Sekarang nulisnya di batu. Ya aku mencoba belajar menirukan gaya hidup nenek moyang di masa silam. Nulis di batu, hidup berpindah-pindah, berburu, dan menggunakan koteka. Oke aku sudah mulai gila.
Hal terpenting dalam menyikapi masalah adalah tenang. Tiga hari ini banyak banget masalah yang membuat aku jadi gak tenang. Dikit-sedikit emosi, dikit-dikit jengkel, dikit-dikit pengin mati. Kalau gini terus gak menutup kemungkinan beberapa hari kedepan aku akan ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa di kamar kost dengan wajah penuh bulu ketek.
Kemarin, minggu tanggal empat oktober aku kehilangan sesuatu yang seharusnya gak ilang. Bukan berarti aku kehilangan kesucianku. Aku kehilangan dompet, ya dompet. Sebuah benda yang digunakan seseorang untuk menyimpan sesuatu yang berharga. Kemarin, tepatnya hari minggu aku kehilangan benda itu untuk selama-lamanya.
Semua berawal ketika aku pengin ngisi sebuah galon. Hari itu dikamar kostku yang hanya berukuran berapa kali berapa aku gak tau, ada sebongkah galon yang tergeletak begitu saja dilantai tanpa ada isinya. Untuk itulah aku berniat untuk mengisi galon tersebut dengan air minum. Awalnya mau diisi siraman rohani, tapi buat apa? pikirku. Akhirnya pagi harinya sekitar jam sepuluh aku keluar untuk mendatangi tempat pengisiian ulang air minum.
Hari itu juga diwarnai dengan bocornya ban motorku. Sebelum dompet hilang aku sempet ngisi angin di bengkel terdekat. "Pak isi angin" kataku. "Siap mas" tukang bengkel itu menyanggupi. Ban motorpun selesai diisi angin. "Sudah mas" kata tukang bengkel itu. "Berapa pak?" tanya aku. "seikhlasnya". Seikhlasnya?!!. Itu adalah jawaban yang menempatkan kita pada kondisi dimana harga diri dipertaruhkan. Mau ngasih sedikit takut dibilang pelit. Ngasih banyak gak ikhlas. "Ini pak seribu" aku menyodorkan uang seribu rupiah. "Iya mas" tukang tambal ban itu berbalik dengan wajah kusut. Dari raut wajahnya menunjukan kalau aku sudah salah dalam mengambil keputusan. Oke pak, saya salah.
Setelah selesai mengisi angin aku melanjutkan untuk mengisi galon. Galon pun aku letakan di tempat pengisian ulang air minum."Mas isi ulang" kataku. "Iya mas". Sembari menunggu galonnya diisi, aku kepikiran untuk mencari makan dulu. Pergilah aku ke warung makan yang biasa aku datangi.
Ditengah perjalanan menuju warung makan, ban motorku tiba-tiba kembali bocor. Oh tidaakkk!!. aku berteriak dalam hati. Aku mengamati dengan seksama kenapa ban motor yang baru saja diisi angin tiba-tiba letoy kembali. Setelah diamati akhirnya aku menyadari kalau ban motorku ternyata udah gak layak pakai. Keadaannya sangat mengkhawatirkan. Bannya pecah-pecah, banyak kerutan, susah buang air besar, badan pegel linu. Intinya udah sangat mengkhawatirkan.
Ditengah perjalanan menuju warung makan, ban motorku tiba-tiba kembali bocor. Oh tidaakkk!!. aku berteriak dalam hati. Aku mengamati dengan seksama kenapa ban motor yang baru saja diisi angin tiba-tiba letoy kembali. Setelah diamati akhirnya aku menyadari kalau ban motorku ternyata udah gak layak pakai. Keadaannya sangat mengkhawatirkan. Bannya pecah-pecah, banyak kerutan, susah buang air besar, badan pegel linu. Intinya udah sangat mengkhawatirkan.
Untuk kedua kalinya aku pergi ke bengkel pada hari itu untuk mengganti ban motor yang udah gak berbentuk ban motor lagi. Apa bentuknya? susah dijelaskan. "Ada apa mas?!!" mas-mas bengkel bertanya seolah-olah aku sedang dalam kondisi parah penuh luka tusuk. "Ini mas, mau ganti ban" jawab aku. "Ohhh" jawab mas-mas bengkel itu dengan santai. Sebuah respon yang menunjuakan kalau itu adalah sesuatu yang biasa. Jelas biasa, itu adalah sebuah bengkel dan aku ingin mengganti ban motor. Hanya saja respon pertama yang aku dapatkan sangat gak sesuai.
"Aku tinggal dulu ya mas" kataku.
"iya".
Aku menuju warung makan terdekat untuk mengganjal perut yang setengah hari belum aku nafkahi. Beberapa meter sebelum mencapai warung aku meraba-raba kantong dengan hikmat untuk mengecek dompet. Namun hari itu aku merasa kantongku sangat ringan dan gak ada benjolan di kantong. Aku terus meraba-raba kantong sebelah kanan, kemudian sebelah kiri, lalu aku raba kantong orang lain, dan hasilnya nihil. TIDAAAAKK!!!!!. Aku panik. Aku mulai terlihat seperti babi lepas.
Setapak demi setapak aku telusuri jalan yang aku lewati dengan berjalan kaki berharap dompetku akan kembali. Namun semua harapan itu sirna. Ditengah-tengah kesedihan itu Putri datang menghampiriku dengan mengendarai kuda poni. Oh bukan itu, dia datang dengan mengendarai motor beat hitam. Putri membantu menemani aku mencari dompet namun tetep aja gak ketemu. Aku berharap semua ini adalah mimpi.
Esok harinya aku udah mulai mengikhlaskan kepergian si dompet. Lebih tepatnya dipaksa untuk ikhlas. Karena takut barang-barangku disalahgunakan, seperti KTP, KTM, SIM, dll akhirnya aku melapor ke polisi untuk meminta surat kehilangan. akupun mendapatkan surat tersebut. Dengan satu lembar kertas yang berupa surat keterangan kehilangan aku bisa menggunakannya untuk beberapa kartu. "Ini jauh lebih praktis" pikirku. Bahkan aku sempet berfikir untuk tidak membuat lagi KTP, SIM dll. Cukup diperpanjang masa berlaku suratnya. "Oh tidak. Itu pikiran bodoh sahid" malaikat sebelah kanan berbisik. Pikiran itupun langsung aku buang.
Dua hari berlalu dan aku udah bener-bener mengikhlaskan kejadian itu. Kehidupanku sudah berjalan normal kembali. Awalnya aku ngerasa emosi banget. Tapi kepada siapa aku harus emosi. Gak mungkin aku memaki-maki tembok kamar. "Dasar tembok jalang. Gak berguna!!!". lalu temboknya menjawab "Dasar cowok. bisanya nyalahin doang. Semua cowok sama aja".
Pada akhirnya aku menyadari bahwa itu semua adalah peringatan dari Tuhan agar aku kembali mengingatNya. Selama ini aku udah jarang menyisihkan sebagian rizki yang aku miliki. Dari dulu sebenernya juga jarang. Yang jelas ini akan aku jadikan sebagai pelajaran untuk bisa lebih baik lagi.
"Aku tinggal dulu ya mas" kataku.
"iya".
Aku menuju warung makan terdekat untuk mengganjal perut yang setengah hari belum aku nafkahi. Beberapa meter sebelum mencapai warung aku meraba-raba kantong dengan hikmat untuk mengecek dompet. Namun hari itu aku merasa kantongku sangat ringan dan gak ada benjolan di kantong. Aku terus meraba-raba kantong sebelah kanan, kemudian sebelah kiri, lalu aku raba kantong orang lain, dan hasilnya nihil. TIDAAAAKK!!!!!. Aku panik. Aku mulai terlihat seperti babi lepas.
Setapak demi setapak aku telusuri jalan yang aku lewati dengan berjalan kaki berharap dompetku akan kembali. Namun semua harapan itu sirna. Ditengah-tengah kesedihan itu Putri datang menghampiriku dengan mengendarai kuda poni. Oh bukan itu, dia datang dengan mengendarai motor beat hitam. Putri membantu menemani aku mencari dompet namun tetep aja gak ketemu. Aku berharap semua ini adalah mimpi.
Esok harinya aku udah mulai mengikhlaskan kepergian si dompet. Lebih tepatnya dipaksa untuk ikhlas. Karena takut barang-barangku disalahgunakan, seperti KTP, KTM, SIM, dll akhirnya aku melapor ke polisi untuk meminta surat kehilangan. akupun mendapatkan surat tersebut. Dengan satu lembar kertas yang berupa surat keterangan kehilangan aku bisa menggunakannya untuk beberapa kartu. "Ini jauh lebih praktis" pikirku. Bahkan aku sempet berfikir untuk tidak membuat lagi KTP, SIM dll. Cukup diperpanjang masa berlaku suratnya. "Oh tidak. Itu pikiran bodoh sahid" malaikat sebelah kanan berbisik. Pikiran itupun langsung aku buang.
Dua hari berlalu dan aku udah bener-bener mengikhlaskan kejadian itu. Kehidupanku sudah berjalan normal kembali. Awalnya aku ngerasa emosi banget. Tapi kepada siapa aku harus emosi. Gak mungkin aku memaki-maki tembok kamar. "Dasar tembok jalang. Gak berguna!!!". lalu temboknya menjawab "Dasar cowok. bisanya nyalahin doang. Semua cowok sama aja".
Pada akhirnya aku menyadari bahwa itu semua adalah peringatan dari Tuhan agar aku kembali mengingatNya. Selama ini aku udah jarang menyisihkan sebagian rizki yang aku miliki. Dari dulu sebenernya juga jarang. Yang jelas ini akan aku jadikan sebagai pelajaran untuk bisa lebih baik lagi.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkomentar. Follow Instagram juga ya @nursahid_rm